Saatnya Melompat Lebih Tinggi

Image
Hidup itu, kalau kata pemancing ikan salmon, seperti menapakkan kaki di atas aliran sungai yang deras untuk menunggu kailmu ditarik oleh salmon yang kau nantikan. Jika kau salah menempatkan kakimu, jika pijakannya kurang kokoh di sana, niscaya kau akan terpeleset dan terseret oleh arus deras yang tak dapat kau lawan. Kemudian alirannya membawamu ke arus yang lebih deras dan dalam. 

Begitulah. Kita harus punya falsafah hidup yang jelas. Harus segera diputuskan, mau seperti apakah kita memandang dan menjalani hidup ini. Kemudian ia akan menjadi keyakinan yang mendarah daging, mengotak hati, men-tulang otot. Sehingga langkah semakin tegap. Arahnya semakin jelas. Pijakan dan sandarannya semakin kuat. 

“Kalau Hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau Kerja sekadar kerja, kera juga bekerja”, kata Buya Hamka. Hidup harus punya visi besar, mimpi besar. Yang mimpinya tak jauh dari sekadar apa yang masuk ke dalam perutnya, nilainya tak lebih dari sekadar apa yang keluar dari perutnya pula. Buang kacamata kuda, jangan hidup dalam hidup orang lain. Live your life! Imagine your own dream and visualize it in your mind. 

“ketika kau ingin menikmati kehidupan ini seperti yang kau bayangkan, mati demi mempertahankan kehidupan ini pada saat terancam, jauh lebih baik daripada ketika kau hidup dan berhasil meraih keuntungan besar dalam bisnismu, namun kau kehilangan kebahagiaan jiwa.” —Marghouri Keinan Rolinjes

Bacalah! Bacalah! Bacalah! Belajarlah dari orang-orang besar. Rasulmu, sahabat-sahabatnya, merekalah raksasa peradaban. Kemudian barulah orang besar lainnya. Pahami kehidupan ini sebagaimana mereka memahami kehidupan. Jalani kehidupan ini sebagaimana mereka menjalaninya. Memang tak mungkin ikuti jejak mereka sepenuhnya, tapi apa yang tidak bisa kita ambil semuanya, jangan sampai kita tinggalkan semuanya. 

Jalan hidup mereka memang berbeda. Tapi bila kita cari persamaannya, barangkali mimpi yang besar, kesungguhan, kedisiplinan, semangat yang menggelora, hal tersebut menjadi kesamaan di antara mereka. Dan, perlu disadari bahwa tidak ada jalan pintas dan jalan mudah untuk jadi pribadi yang tangguh, disiplin. Maka bersabarlah. Sabar yang defensive, juga offensive! 

Tinggalkanlah kebiasan buruk, sesulit apapun itu. Karena ketidakmampuan meninggalkannya adalah bukti kelemahan Iman. Buatlah kebiasaan baik baru. Rencanakan, lalu langsung lakukan. Jangan ditunda-tunda. Sedikit-sedikit saja, tetapi konsisten & kontinu. Sehingga kau sulit menghentikannya sebagaimana perokok kesulitan menghentikan kebiasaan merokoknya. 

Menjadi bermanfaatlah. Lakukan hal baik. Sekecil apapun. Sesederhana apapun itu. Meskipun sekadar membeli dagangan kakek tua yang berkeliling menjual makanan yang sebetulnya kau sendiri tidak menyukainya. Karena kita tidak akan pernah tau kebaikan yang mana yang akan mengantarkan kita ke surga-Nya. Bisa jadi tangan-tangan orang yang kita tolonglah yang akan menyelamatkan kita dari nereka-Nya, kemudian menarik kita masuk ke surga-Nya. 

Ini bukan permainan lari estafet. Tahun ke tahun bukan siklus yang bisa saja untuk dilewati. Bukan yang gitu-gitu aja, muter di situ-situ saja. Kita lagi mendaki. Setiap hari harus naik ke posisi yang lebih tinggi. Jangan berhenti meski sejenak, karena ayam tetangga yang melamun saja besoknya lagsung mati. Kalau mentok, Iman yang main. Ayo cari jalan lain sebisa mungkin. Usaha semaksimal mungkin. Insya Allah akan ada kemudahan dari arah yang tidak disangka. Sebagaimana Musa a.s. ketika dikejar Fir’aun. 

“Sok, 
Geura tabeuh goong maneh, Jalu!
Ngarah batur nyarahoeun,
Gening hidep teh teu pireu!” 
—Sebuah sajak sunda yang kudengar dan masih kuingat dalam Pasanggiri Seni & Budaya Sunda di Bandung sekitar 5 tahun yang lalu. 

Hap! kini saatnya melompat lebih tinggi. Karena berjalan saja kadang tidak cukup. Kini saatnya untuk sedikit berlari, lebih cepat lagi. Kalau jatuh, tak usah menambah penderitaan dengan mengeluh. Bangun lagi, lanjutkan lagi perjalanan. Lebih cepat lagi, lagi, lagi… 

Barakallahu Fii Umrik, adikku yang tampan! @yogiramdhangumi 
Selamat datang di harimu yang baru dan berbeda, hari yang belum pernah kau lalui sebelumnya. 🙂

__ tulisan lawas, Februari lalu

3 thoughts on “Saatnya Melompat Lebih Tinggi

Leave a comment